Menyederhanakan Keinginan Itu Sulit Apalagi Meniadakannya

Di detik-detik menjelang pagi
Aku masih ingin menebak janji-janji
Riuh redam suara burung tanpan dikaji
Menerawang jauh pada atap langit-langit 

Aku asing dalan diri
Tak hidup pun tak mati
Sederhana itu rumit
Apalagi harus sempurna
Itu sakit

Semesta tak sanggup kureguk
Hanya dengan imajinasi dan mimpi-mimpi
Tiada yang menyala
Hanya sesekali timbul titik lalu hilang kembali
Tak ada apa-apa

Foto by Pixabay


Bagaimana mendefinisikan surga sebagai puncak kebahagiaan?
Kalau di sana sudah tersedia segalanya
Lalu apalagi yang bisa kita inginkan?
Tak ada ingin yang memicu dada bergejolak
Tak ada harap yang memompa napas terus bergerak
Tak ada apa-apa

Lalu apa kebahagiaan itu?
Hampa tanpa kata-kata
Menerka-nerka pada jiwa yang luka
Penuh mimpi tanpa realita
Hanya kata
Kosong, sempit dan rumit

Detik-detik tanpa reda
Tanya tanpa jeda
Hanya suara kipas dan burung tanpa nama
Kepala sibuk mencari makna
Atas malam yang selalu gelap
Terang yang tak mampu bertahan sampai dua puluh empat jam peristiwa

Bukankah sebagian dari pertanyaan adalah jawaban?
Lalu untuk apa aku hidup?
Jika hanya setengah-setengah tanpa tahu esensialnya

Aktiflah duhai dada-dada kesepian
Realita sungguh sangat mengesankan
Tetapi rasa yang dibangun dengan kemegahan iman
Tak mampu dikalahkan oleh kedangkalan akal

Detik-detik yang hanya mampu melingkar
Berputarlah tanpa komentar
Seperti lidah-lidah orang kasar
Tak menang dalam pertandingan apapun
Hanya gusar atas kebesaran jiwa orang lain
Menggema tanpa terdengar oleh mata
Telinga bisu tanpa mau bicara
Haha dunia ini sungguh sangat membingungkan

Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Teori Harapan

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya