Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

"Di tengah banyak orang aku seringkali merasa sendiri. Kesepian tak hilang meskipun aku menemukan keramaian. Ternyata, mengurangi sepi bukan berarti mendatangi tempat ramai yang gaduh. Aduh, bagaimana ini, jiwaku terkoyak-koyak karena selalu merasa sendirian!"

Pernahkah kamu merasa demikian? Tiba-tiba di tengah gelak dan tawa orang-orang di sekelilingmu, hatimu terasa lengang, seperti ada kosong yang datang. Tak tenang meskipun bibirmu tertawa dan gurat wajahmu menampilkan raut bahagia. Topeng yang kamu kenakan di depan semua orang itu, yang kau sebut sepi dalam malam-malam panjang, menyembunyikan sedihmu dalam tawa hambar.

Sumber:pixabay.com


Apakah pernah kau tanyakan pada dirimu sendiri? Mengapa hatimu bisa sesedih itu? Sepi yang mengancam hari-harimu membuatmu lari pada layar biru; smartphone-mu. Mengunggah kode-kode dalam story yang bahkan semua orang tak peduli. Apalagi yang sengaja kau kelompokkan pada fitur close friends nyatanya juga tak segan mengabaikan apa yang kamu unggah di sana. Apabila sepimu kau simbolkan dengan unggahan di akun media sosialmu, maka tak heran juga apabila kepedulian orang lain terhadap rasa sepimu juga disimbolkan dengan like dan komentar. Sudah.

Kebiasaan mengunggah curahan hati di story nyatanya memang dapat sedikit melegakan perasaan; bagi sebagian orang. Tetapi, kelegaan yang diperoleh hanya sementara. 24 jam kemudian unggahan itu lenyap, hanya tersimpan di arsip. Sedangkan rasa sepimu masih langgeng, lebih dari masa berlakunya story yang diunggah. Sepi tak juga pergi, meskipun kau sudah pergi ke banyak tempat yang ramai, hatimu tak kunjung damai. Terus berteriak, seringkali juga tak dapat berbuat banyak.

Bagaimana menghapus rasa sepi dalam hidup?

Apakah sepi itu bisa dihilangkan dalam jiwa manusia? Seandainya kau tak kesepian, benarkah kau mendapatkan kebahagiaan? Apa yang kau inginkan dari rasa sepimu? Lenyap?

Kalau kau tak kesepian, kau mungkin tak akan bisa menemukan dirimu sendiri. Dirimu yang kuat, dirimu yang juga lemah. Dua sisi yang tak bisa kau tolak. Kau memang kadang berada di titik lemah, merasa kalut, patah semangat, merasa terbuang, merasa sendirian, dan menutup mata dari sekian hal yang hadir. Pelarian kadang memang menenangkan. Pergi mencari keramaian agar tak merasa sendiri juga tak salah. Tentu, kau harus menemukan potongan yang kau anggap hilang itu, yang membuat hatimu merasa ada yang kurang.

Ketenangan dan perasaan tenteram itu sesungguhnya tak jauh dari dadamu. Sekalipun kau sendirian dan sedih. Saat kau merasa tak ada seorangpun di dunia ini yang peduli padamu, pergilah bercemin, tersenyumlah, di sana kau sudah menemukan orang yang sangat peduli padamu, ya, dirimu sendiri. Bisakah kau katakan padanya terimakasih karena tak menyerah meskipun sendirian dan dihujam kesedihan? Maukah kamu melihat detail tubuhnya dari ujung kaki sampai kepala? Kau lihat bagian tubuhmu sebelah mana yang tak kau urus? Bersediakah kau meminta maaf padanya?

Sudikah kau menatap mata di cermin itu? Yang setiap tengah malam kau paksa tangisnya pecah, kau peras air matanya meski sudah sakit sekali dan lebam-lebam? Sudahkah kau izinkan dirimu sendiri istirahat tanpa memikirkan kamu sedih, sepi atau terluka?

Maukah malam ini kamu pejamkan mata dengan damai? Tanpa menuntut apapun dari pikiran dan hatimu? Dengan mengatakan, "aku sayang diriku, silahkan istirahat. Kau berhak istirahat, omongan di luar sana biar terbang di udara, jangan disimpan di kepala."

Kesepian mungkin tak bisa dilenyapkan, hanya bisa diterima dengan lapang, bahwa kesendirian tak menghalangi tumbuh dan kembang potensi kita sebagai manusia. Percaya, bahwa dirimu akan baik-baik saja di tengah kesepianmu yang membara.


Comments

  1. Terimakasih telah membuka sedikit kesadaranku bahwa aku tak sepenuhnya sendiri. Aku mempunyai teman 'aku', saya berkawan baik dengan 'saya', dan diriku selalu ditemani 'diriku'.

    ReplyDelete

Post a Comment

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Teori Harapan

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?