Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang
Gerakan mahasiswa merupakan orientasi
dari segala bentuk usaha mahasiswa untuk menuju keadaan yang lebih baik sesuai
dengan cita-cita dan harapan segenap rakyat Indonesia. Dewasa ini
gerakan mahasiswa mengalami perubahan. Jika pada saat orde lama dan orde baru
nalar kritis mahasiswa benar-benar kental, namun di era sekarang nalar kritis
mahasiswa mulai menurun sehingga gerakan-gerakan mahasiswapun banyak yang tidak
terarah.
Selain nalar kritis yang mulai menurun, kesadaran sosial mahasiswa
juga semakin luntur. Kecanggihan teknologi membuat banyak orang tidak
mempedulikan lagi lingkungan sekitarnya, tidak terkecuali mahasiswa. Di zaman
modernisasi seperti sekarang, orang-orang lebih sibuk dengan gadgetnya
dibandingkan dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat. Kesadaran sosial
dalam gerakan mahasiswa sangat penting, dengan kesadaran sosial yang tinggi
maka gerakan-gerakan mahasiswa yang tercipta pasti akan memihak kepada rakyat.
Nalar Kritis
dan Kesadaran Sosial Mahasiswa di Era Sekarang
Setelah orde baru berakhir menurunnya nalar kritis dan kesadaran
sosial mahasiswa di Indonesia dewasa ini semakin kentara. Hal-hal yang
melatarbelakangi menurunnya nalar kritis dan kesadaran sosial mahasiswa salah
satunya ialah dampak modernisasi[1].
Lunturnya nalar kritis mahasiswa juga berdampak langsung terhadap lunturnya gerakan
mahasiswa dalam mengawal NKRI dan mengadvokasi masyarakat. Mahasiswa dalam era
saat ini lebih cenderung apatis. Apatis yang dimaksud dalam konteks ini yaitu
apatis pada realita kehidupan masyarakat, misalnya mahasiswa sekarang lebih
memilih bergulat dengan aktivitas organisasi yang berbasis sebagai
penyelenggara acara seperti band, pesta maupun acara-acara berbasis event
lainnya.
Memang tidak salah menjadi aktivis dalam organisasi intra, namun
alangkah baiknya jika mahasiswa juga mempunyai sense pada masyarakat sekitar.
Contoh saja, para mahasiswa era 90-an yang tidak hanya aktif di intra namun
juga aktif serta kritis terhadap realita yang ada. Mahasiswa pada era itu,
dapat menggulingkan rezim tirani yang ada di Indonesia sehingga mahasiswa
dianggap sebagai motor penggerak untuk revolusi dan memiliki idealisme yang
begitu kuat. Tak hanya itu ketika Tan Malaka berbicara bahwa idealisme
merupakan barang mewah terakhir yang dimiliki oleh manusia, kita bisa melihat
dengan seksama bagaimana mahasiswa era 90-an tersebut menggunakan idealismenya
untuk lebih dekat dengan masyarakat dan hal ini berbanding terbalik dengan
realitas mahasiswa era post modernisme seperti sekarang[2].
Berbicara idealisme pada konteks kekinian, idealisme mahasiswa pun
semakin tidak jelas dan patut dipertanyakannya. Apakah mahasiswa sekarang masih
mempunyai idealisme yang kuat dalam menghadapi realitas yang ada atau
idealismenya tergadaikan dengan tingkah pola yang dilakukanya dalam sebuah
organisasi intra atau event-event kampus. Idealisme ini penting dalam
menentukan alur berpikir seseorang, karena jika idealisme saja tidak ada
bagaimana bisa seorang mahasiswa membangun jati diri yang sebenarnya[3].
Idealisme dapat juga mengarah ke nasionalisme, jika seorang idealis
menginginkan negara dan bangsanya bersatu dan maju menjadi bangsa yang ideal.
Para pahlawan kemerdekaan Indonesia merupakan sosok yang idealis, mereka dengan
tegas menantang para penjajah, tidak mau disuap dan
berkompromi dengan para penjajah yang sampai sekarang masih menjajah Indonesia
secara tidak langsung melalui pengerukan dan pemanfaatan kekayaan alam
Indonesia. Idealisme juga selalu diserukan mahasiswa saat berorasi. Sebagai agent of change dan social control, mahasiswa memerlukan idealisme untuk melaksanakan
peranannya itu. Di dalam dunia akademis pun idealisme itu sangat penting untuk
mempertahankan keilmiahan suatu penelitian, menciptakan kreatifitas dari
pemikiran, ide, dan logika kita yang akan menuju ke arah ideal. Gaya atau jalan
seorang idealis tidak harus keliatan “baik” atau “sempurna” walaupun arah dan
tujuannya menuju kesempurnaan[4].
Arah dan
Gerakan Mahasiswa di Era Sekarang
Gerakan mahasiswa harus belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa
pada masa sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dengan berbagai kajian dan
tidak hanya riuh dengan selebrasi politik. Tidak hanya bergerak dalam dunia
maya seperti dengan gerakan petisi online, akan tetapi bergerak dalam
aksi nyata. Mahasiswa di Chile berhasil mendorong kebijakan kuliah gratis yang
dibiayai dari pajak korporasi, karena mereka turun ke jalan-jalan untuk aksi
massa dengan tuntutan-tuntutan yang menekan penguasa sejak tahun 2006 melalui
apa yang dinamai Penguin Revolution.
Nalar kritis dan kesadaran sosial adalah kekuatan yang paling utama
untuk memperbaiki gerakan mahasiswa agar agent of change tidak hilang. Pengaruh
modernisasi tidak dipungkiri turut menurunkan nalar kritis mahasiswa. Hal
tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pada era ini, stabilitas NKRI baik
dalam budaya, politik maupun ekonomi benar-benar mencapai titik klimaks untuk
cepat di restorasi, ini
merupakan tugas berat bagi kaum civil society baik itu LSM maupun
mahasiswa untuk terus berada digaris perjuangan dalam mengawal dan merestorasi
tatanan realitas sosial tersebut. Namun tetapi ekspektasi-ekspektasi besar
masyarakat untuk melihat perubahan ke arah yang lebih baik pada tatanan
realitas sosial dalam negara yang sudah mengalami degradasi akut seperti ini
hendaknya mampu di wujudkan oleh mahasiswa sebagai kaum muda yang
berintelektual dan diharapkan mampu menerapkan dan membaktikan ilmunya kejalan
yang benar. dengan banyaknya virus-virus apatisme yang terjadi pada mahasiswa
ini menjadi kabar buruk bagi bangsa indonesia, telah jarang kita temui
mahasiswa yang benar-benar nyata turun langsung ke masyarakat untuk dapat
mengadvokasi kepentingan masyarakat dan memperjuangkannya.
Selain hal-hal di atas, liberalisasi
membuat pergerakan mahasiswa melemah. Apalagi globalisasi membuka peluang besar
bagi penyakit hedonisme mewabah pada kalangan pemuda. Mereka dibuat lupa dan
terperangkap dalam penjara kenikmatan sesaat. Semua hal tentang fungsi
mahasiswa dilupakan dan hilang sikap kritis serta idealismenya. Pergerakan
mahasiswa kini hanya dilakukan dengan sadar oleh sebagian kecil dari mahasiswa.
Mereka yang memiliki kesadaran, terbangun dan tergerak bahwa sesungguhnya musuh
bangsa saat ini adalah penjajah pemikiran yang merubah tata nilai. Apakah kita
sadar bahwa ideologi pancasila kini tidak menjadi pola pikir masyarakat?
Kenyataannya adalah ideologi pancasila semakin bergeser. Bukan lagi demokrasi
pancasila melainkan sebagian besar demokrasi liberal yang semakin berkembang.
Atas dasar masalah inilah pergerakan mahasiswa harus
semakin dimasifkan. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menyadarkan mahasiswa
akan fungsinya dalam masyarakat. Bangsa ini membutuhkan kader pemuda yang
menjadi batu-bata peradaban. Sebuah generasi perubah untuk bangsa Indonesia
yang lebih bermoral dan sejahtera. Memunculkan negarawan berkarakter yang siap
membela tanah air.
[1]el-Manhaj,
Darurat Nalar Kritis Mahasiswa (Semarang, LPM Idea, 2015), hal. 11
[2] Aprilliya
Susanti, Proses atau Hasil: Degradasi Pola Pikir Mahasiswa Dewasa Ini, https://rayonpancasila.wordpress.com/2015/07/15/proses-atau-hasil-degradasi-pola-pikir-mahasiswa-dewasa-ini/
[3] Ibid
[4] Eduardus
F. Lebe, Bergesernya Idealisme Mahasiswa, http://edwin-lebe.blogspot.co.id/2013/02/gesernya-idealisme-di-kalangan-mahasiswa.html
Comments
Post a Comment