Rindu yang Tertahankan



Segala sesuatu tentangnya
Rindu dan kesenyapan
Riuh, redam, hilang

Kau puisi tanpa baris
Tanpa sajak dan air mata
Hanya bisu diantara tinta

Proses melangkah lambat
Sementara dadaku terkoyak
Hebat...
Tertunda, dijeda, dan mereda

Hujan hanya suara
Diantara atap-atap keheningan
Mengeja tiap tasbih yang terucap
Mendzikirkan ke-Agungan tanpa doa
Hanya diam, tertunduk, lalu tertidur

Cinta yang hampa
Seperti tanah di depan rumah
Retak, diinjak-injak banyak orang
Tetapi diam saja
Tanpa protes, tanpa teriak, tanpa membela
Air mata hanya dilukiskan dari getar bibirnya
Dari balik nadi dan aliran darahnya

Ketakutan tanpa alasan
Mengalahkan keberanian dalam tindakan
Membumi hanguskan kejujuran
Lalu menutup muka dengan sumpah serapah

Tiba-tiba gelak tawa menggema
Mengisi carut marut jiwa
Menenggelamkan keyakinan dan harapan
Hanya satu yang tersisa
Rindu yang tertahankan

Di tengah hujan, 17 September 2017

Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Teori Harapan

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya