Ingatan Kebersamaan di Kelas dan Rasa Kangen yang Melekat

Pagi ini tiba-tiba terbersit kenangan tiga tahun silam. Ingatan tentang rombongan belajar yang berjuang bersama dalam satu kelas. Masa-masa itu tampak baru kemarin dilewati. 
Aku menghela nafas panjang. Memperhatikan kipas angin yang menggeleng ke kanan dan ke kiri. Lalu menerawang jauh ke langit kamar. Di sana, di pikiranku sendiri tergambar jelas wajah-wajah teman sekelas yang khas.

Aku membayangkan dulu di jam-jam ini kita tengah menuju pembelajaran kuliah jam ketiga. Suasana yang diluputi rasa kantuk, lesu, dan tidak fokus. Memang menjelang jam makan siang, kuliah terasa lebih panjang. Jam dinding seakan bergerak lebih lambat dari biasanya.

Kalau sedang tidak fokus di kelas, biasanya aku mengamati ekspresi dan perilaku teman-teman yang duduknya paling dekat. Ada yang sibuk main game online. Ada yang melipat tangannya dan membenamkan kepalanya hingga tertidur pulas. Ada juga yang diam-diam makan donat, cireng, kentang goreng, dan es yang dibeli sebelum jam kuliah dimulai.

Tak jarang aku melihat teman-teman yang mengipasi diri dengan kertas atau makalah yang dibagikan. Maklum, biasanya AC kampus tak sedingin sikap gebetan di masa pendekatan. Apalagi waktu awal-awal kuliah, kipas angin di kampus dua sering kalah saing dengan teriknya matahari Semarang.

Kalau dosen kebetulan berhalangan hadir dan hanya menyuruh kita mengerjakan tugas atau belajar mandiri, ruang kelas begitu riuh. Kadang biar nggak bosen dan sepaneng, sambil dengerin temen presentasi, kita makan bakso tusuk dan minum es teh. Atau kalau ada yang bawa nasi goreng dan bekal dari rumah kita menggerombol, nimbrung makan, dan tetap membaca makalah walau sekilas.

Jika jam kuliah selanjutnya tak berjeda terlalu lama, kita lebih suka duduk lesehan di depan ruang dosen. Sesekali duduk di bawah tangga sambil ngomel-ngomel kalau WiFi ngadat. Kalau udah bosen banget ya merhatiin mahasiswa lain yang baru berangkat atau pulang dari arah lantai dua. 

Jam makan siang biasanya kita berhamburan ke tempat makan yang berbeda-beda. Ada yang memilih makan di kantin. Ada juga yang keluar kampus buat cari nasi Padang dekat apotek. Kalau rame banget ya makan ayam penyet. Memang sekitar kampus makanannya kurang variatif. Kalau nggak ayam penyet ya ayam geprek atau ayam goreng dan segala jenis masakan ayam lainnya. Apa memang mahasiswa itu banyak yang suka makan ayam? 

Kalau males banget keluar gedung karena panasnya yang menyengat biasanya ada agen penitipan jajan yang bergerak secara sukarela. Begitulah kekeluargaan di kelas kita. Kadang ada yang nitip jajan tapi uangnya besok-besok. Ada juga yang nitip dengan permintaan yang aneh-aneh. Nggak jarang juga yang nggak nitip tapi ikut makan. 

Membayangkan memori itu rasanya jadi kangen. Sudah tiga tahun kebersamaan itu berlalu. Semenjak harus menuntaskan pendidikan dan mulai menyusun skripsi, kebersamaan ini pelan-pelan berkurang. Grup kelas semakin sepi. Ya, mungkin saja selepas lulus masing-masing dari kita tengah menyusuri jalan sunyi. Jalan yang tak semua orang tahu. Jalan yang sepi dan penuh perjuangan. Ya, barangkali diamnya kita di grup kelas adalah tanda bahwa kita sedang sama-sama memperjuangkan masa depan yang penuh misteri itu. Tak ada kesombongan. Tapi, mungkin rasa sedih dan kangen luar biasa yang sulit untuk diungkapkan.

Tak ada perpisahan. Tak ada itu di antara kita. Hanya sedang berjarak dalam kurun waktu tertentu. Melewati jalan yang berbeda untuk bisa bertemu di kemudian hari dengan situasi yang tepat. Ah ya, barangkali ingatan ini bukan milikku saja. Kenangan kita milik bersama yang tinggal selamanya.

Melalui tulisan ini aku ingin menyapa siapa saja yang dulu pernah satu kelas. Meyakinkanmu bahwa tak ada keterlambatan. Kamu punya prosesnya sendiri dalam meraih tujuanmu. Masing-masing dari kita telah berjuang dengan versi terbaiknya. Medan juang dan terjalnya jalan yang dilalui pun juga tak sama. Semoga engkau, temanku, selalu dilimpahkan kebaikan dan hati yang kuat. Dalam keadaan apa saja engkau bisa melewatinya dengan baik.

Terimakasih telah menjadi salah satu ingatan yang mengesankan di kepalaku. Terimakasih pernah menjadi pendukungku yang paling tulus dan jujur. Semoga suatu saat kita bisa berjumpa kembali dengan kebaikan-kebaikan yang kita bangun mulai hari ini.

Hakiki, temanmu yang sangat cerewet dan sering menyebalkan.
🤗💜

Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Teori Harapan

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?