Gigil yang Pilu
Kupanggil namamu, kekasih
Kusebut-sebut engkau dalam puisi
Malam tak benar-benar malam jika langit tak gelap
Gelap tak benar-benar gelap jika cahaya masih gemerlap
Puisi tak benar-benar puisi jika kau tak menyesap
Kekasihku yang agung
Kita adalah sepasang kekasih yang bingung
Tersesat di hutan hujan tangis tujuh puluh tiga hari
Bertanya-tanya kenapa kita harus menanggung derita ini
Gigil yang pilu
Sedih yang tiada duanya
Tawa seakan-akan binasa
Dimana-mana kita hanya berpura-pura tidak terluka
Kita adalah debar yang berantakan
Mengecam keadaan dengan nyala api merah
Kita terdiam, tertunduk, dan pasrah
Kita meminjam kelopak mata langit agar pipi kita tak basah
Kita tersenyum dengan dada tersengal-sengal
Kita tertawa sambil terisak
Kusebut-sebut engkau dalam puisi
Malam tak benar-benar malam jika langit tak gelap
Gelap tak benar-benar gelap jika cahaya masih gemerlap
Puisi tak benar-benar puisi jika kau tak menyesap
Kekasihku yang agung
Kita adalah sepasang kekasih yang bingung
Tersesat di hutan hujan tangis tujuh puluh tiga hari
Bertanya-tanya kenapa kita harus menanggung derita ini
Gigil yang pilu
Sedih yang tiada duanya
Tawa seakan-akan binasa
Dimana-mana kita hanya berpura-pura tidak terluka
Kita adalah debar yang berantakan
Mengecam keadaan dengan nyala api merah
Kita terdiam, tertunduk, dan pasrah
Kita meminjam kelopak mata langit agar pipi kita tak basah
Kita tersenyum dengan dada tersengal-sengal
Kita tertawa sambil terisak
Comments
Post a Comment