Psikofisika: Manusia sebagai Sebuah Mesin
![]() |
Sumber: www.baseformula.com |
Merujuk
pada 200 tahun sebelum berdirinya psikologi sebagai sebuah sains secara formal,
psikologi dipengaruhi oleh disiplin ilmu pengetahun yang jauh terpisah dari
studi tentang hakikat manusia. Hubungan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
abad ke-17 yang memiliki prinsip-prinsip kokoh mengenai mesin-mesin. Psikologi pada abad ini tidak dapat
dipisahkan dari berkembangnya fisika dan mekanisme. Hal ini dikarenakan pada
abad ke-17 inti kontekstual dasar atau filsafat yang mendasarinya
ialah semangat mekanisme.
Mekanisme
menurut Duane P. Schultz dan Sydney Ellen Schultz (2013) ialah paham yang
menyebutkan bahwa proses-proses alamiah dapat ditentukan secara mekanis dan
dapat dijelaskan dengan hukum fisika dan kimia. Mekanisme meyakini bahwa citra
alam semesta ini sebagai sebuah mesin yang amat besar. Filsafat alamiah
kemudian menjadi sebutan untuk gagasan mekanisme yang lahir dari ilmu fisika
sebagai akibat dari munculnya karya fisikawan Italia, Galileo Galilei dan
fisikawan serta matematikawan Inggris Isac Newton. Jika alam semesta terdiri
dari atom-atom yang terus bergerak, maka setiap efek fisika (gerakan tiap atom)
berasal dari penyebab langsung gerakan atom yang menabraknya. Pengaruh tersebut
dapat diprediksi karena tunduk pada hukum pengukuran. Sehingga menurut fisika,
pergerakan alam semesta ini dianggap sebagai sesuatu yang teratur.
John
Locke juga menganggap pikiran seolah-olah ia berperilaku sesuai dengan
hukum-hukum alam semesta. Menurutnya partikel-partikel dasar atau atom-atom
dunia mental adalah ide-ide sederhana, yang secara konseptual analog dengan
atom-atom di dalam jagad mekanistik Galileo dan Newton. Unsur-unsur dalam
pikiran tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan lagi menjadi bagian yang lebih
sedehana. Akan tetapi, seperti halnya dalam dunia kebendaan atau dunia fisik,
unsur-unsur itu dapat digabungkan (diasosiasikan) sehingga membentuk
struktur-struktur yang lebih kompleks. Maka dari sinilah muncul teori asosiasme
sebagai upaya menuju posisi menganggap pikiran sebagaimana tubuh sebagai sebuah
mesin.
Cristian
von Wolff, filosof asal Jerman mengungkapkan bahwa alam semesta ini berperilaku
seperti sebuah jam. Descartes juga mengemukakan bahwa selain alam semesta ini
yang merupakan mesin, juga manusia-manusia yang ada di dalamnya. Menurutnya, gagasan
tersebut tidak akan terasa aneh karena orang-orang sudah terbiasa dengan
mesin-mesin yang dibuat dengan usaha manusia. Orang-orang tersebut akan
menganggap tubuh ini sebagai sebuah mesin yang diciptakan oleh Tuhan, yang
dapat melakukan gerakan-gerakan sesuai, dan jauh lebih baik dari mesin karya
manusia manapun.
Citra
mekanis dari manusia menyebar di berbagai literatur abad-abad berikutnya. Jam dan
Otomata telah membentuk gagasan-gagasan bahwa perilaku manusia diatur oleh
hukum mekanis dan metode eksperimental
kuantitatif yang sangat sukses mengungkap
rahasia alam semesta fisik dapat diaplikasikan pada hakikat manusia. Hukum-hukum
mekanis mengatur tubuh manusia dan pemungsian mental yang menghasilkan gagasan
untuk membuat mesin-mesin yang dapat berpikir. Maka tidak heran jika
orang-orang banyak terpesona akan gagasan bahwa makhluk hidup dapat diciptakan
kembali dengan menggunakan mesin menjadi robot yang dapat berpikir, berhitung
dan lain sebagainya.
Sumber
Referensi:
P.
Schultz, Duane & Sydney Ellen Schultz (2013). Sejarah Psikologi Modern.
Bandung: Penerbit Nusa Media.
Comments
Post a Comment