Perbedaan Mendasar Riset Kuantitatif dan Kualitatif



Perbedaan mendasar  dalam keterlibatan teori atau referensi yang digunakan  sebagai dasar pijakan, dasar pemikiran, maupun penggunaan teori sebagai pisau analisis antara riset kuantitatif dengan riset kualitatif. Pada riset kuantitatif, keberadaan teori sangat mendominasi, sangat utama dan menjadi dasar berpijak maupun dasar analisis dalam menelaah variabel yang diteliti.
Setiap pemikiran yang diajukan oleh peneliti harus berlandaskan kepada teori yang mendasarinya. Keberadaan teori dalam riset kuantitatif sudah dimulai bahkan sebelum riset dilakukan. Kemanapun arah pembahasan dan alur penelitian, selalu didasari oleh alasan logis dari teori yang mendasarinya. Namun, peneliti kuantitatif bukan saja memahami teori sampai batas definisi, tetapi juga esensi yang sebenarnya dari teori tersebut.
            Terdapat dua fungsi teori dalam riset kuantitatif. Pertama, teori dijadikan sebagai pijakan dan kedua, teori sebagai sumber kebenaran yang terpercaya. Prinsip mendasar dalam riset kuantitatif ialah sebuah riset yang ideal merupakan riset yang didasari oleh temuan riset-riset terdahulu. Maka dari itu, tidak mungkin satu riset kuantitatif dapat berdiri secara independen tanpa didasari oleh riset sebelumnya. Arah pergerakan riset bersifat sustainable atau berkelanjutan dan berkaitan antara satu riset sebelumnya dengan riset yang akan dilakukan.
            Posisi teori dalam riset kuantitatif mengisyaratkan bahwa teori sangat penting bagi setiap hal yang dilakukan dalam riset kuantitatif apapun jenis penelitiannya, baik itu studi korelasional, komparatif, maupun melalui studi eksperimen. Hal ini terkait dengan ideologi  berpikir (school of thought) positivisme yang dianut oleh para ahli kuantitatif. Ideologi ini menjadi mainstream bagi arah pergerakan riset di dunia.
            Pada riset kualitatif, teori hanya berfungsi sebagai pembanding. Hal yang dibandingkan ialah temuan murni dilapangan dengan teori. Membandingkan disini berarti mencari benang merah, irisan atau kesamaan antara temuan dengan teori. Jika ada kesamaan antara temuan dan teori, itu berarti bahwa ada kesuaian antara hal yang umum terjadi secara teori dengan hal yang sebenarnya di lapangan. Sementara hal-hal yang berbeda antara temuan di lapangan dengan teori dipandang sebagai sebuah kekhasan atau keunikan dari hasil riset (bukan dianggap kesalahan karena berbeda dengan teori). Keduanya (teori dan temuan) dianggap sebagai sebuah kebenaran sepanjang metodologi yang digunakan tepat dan sesuai dengan kaidahnya.
            Hal yang merupakan temuan baru tersebut justu merupakan hal yang penting. Sesuatu yang digali adalah keunikan dari fenomena yang diteliti. Fungsi teori pada riset kualitatif berikutnya ialah sebagai batasan yang diteliti  tetapi tidak bersifat mengikat. Keberadaan teori tetap dibutuhkan dalam riset kualitatif. Ia berfungsi sebagai pembatas dari apa yang akan digali dan dieksplorasi. Teori juga sebagai pemberi deskripsi dari apa yang akan diteliti.

            Apapun yang ditemukan di lapangan dipersepsi sebagai kebenaran yang dilihat dari bagaimana subjek memberikan makna dari suatu hal yang diteliti, bagaimana subjek mempersepsikan sesuatu hal tersebut berdasarkan sudut pandangnya. Karena sudut pandangnya adalah sudut pandang subjek, maka disebut subjektif. Dalam istilah subjektif ini peneliti kuantitatif bersebrangan dengan  hal tersebut karena dianggap tidak mampu dilakukan generalisasi terhadap populasi ataupun sampel dalam jumlah tertentu. Hal ini menjadi polemik yang tidak berujun karena pada dasarnya perbedaan tersebut didasari oleh perbedaan ideologi berpikir antara positivisme dengan konstruktivisme.

sumber:
Hardiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Salemba Humanika.

Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Teori Harapan

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?