Pada Mahasiswa yang Aktif Organisasi, Apakah Metakognisinya Memiliki Hubungan dengan Prestasi Akademik?

Judul Jurnal : Hubungan Antara Metakognisi dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas.
Peneliti          :  Rosi Kurniawati & Tino Leonardi, M. Psi


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara metakognisi dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang aktif berorganisasi pada organisasi tingkat fakultas. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang aktif berorganisasi di organisasi mahasiswa tingkat Fakultas dengan jumlah sampel penelitian adalah 50 orang. Variabel metakognisi diukur dengan menggunakan kuisioner MAI (Metacognitive Awareness Inventory) yang disusun oleh Schraw & Dennison (1994). Berdasarkan hasil analisis data penelitian diperoleh nilai sebesar -0,032 yang artinya kedua variabel berkorelasi negatif dan tidak ada hubungan antara metakognisi dengan prestasi akademik pada populasi penelitian ini.
Mahasiswa dikenal sebagai agent of change. Perjalanan sejarah tanah air telah membuktikan bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda yaitu runtuhnya era orde baru menjadi era reformasi. Peran mahasiswa akan dapat dilakukan dengan baik apabila mahasiswa memiliki kematangan dalam berpikir dan berperilaku yang diperoleh di pendidikan tinggi. Perkembangan kognitif juga akan terus berkembang apabila individu berada di lingkungan akademis atau perguruan tinggi. Mahasiswa diharapkan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler khususnya organisasi kemahasiswaan sebagai sarana pengembangan diri untuk hidup bermasyarakat. Kegiatan organisasi bertujuan melatih mahasiswa untuk belajar hidup bermasyarakat, belajar untuk memecahkan berbagai permasalahan, dan mendapatkan ilmu yang tidak didapat dalam perkuliahan. Berbagai manfaat mengikuti organisasi tidak berakibat pada prestasi akademik mahasiswa yang memuaskan.

Prestasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor eksternal yaitu faktor masyarakat yang berupa kegiatan mahasiswa dalam masyarakat seperti partisipasi peserta didik dalam kegiatan keorganisasian di lingkungan sekitarnya (Slameto 2003 dalam Kumalasari, 2011). Dalam organisasi peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan bakat dan minat sehingga mahasiswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya (Suryobroto, 2002 dalam Kumalasari, 2011). Faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik menurut Everson & Tobias (1998, dalam Young & Fry, 2008) adalah metakognisi. Salah satu komponen metakognisi yaitu metacognition regulation berhubungan dengan prestasi akademik pada perguruan tinggi dan merupakan prediktor yang baik untuk kesuksesan. Penelitian yang dilakukan Young & Fry mendapatkan hasil hubungan yang signifikan antara MAI (Metacognitive Awareness Inventory) dengan prestasi akademik. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk melihat kaitan antara prestasi akademik dengan metakognisi mahasiswa yang mengikuti kegiatan dalam organisasi mahasiswa.

Schraw & Dennison (1994) mendefinisikan metakognisi pada kemampuan merenung, memahami dan mengontrol pembelajaran. Metakognisi berhubungan dengan apa yang orang ketahui tentang kognisi secara umum dan mengenai proses memori dan kognitif mereka secara khusus dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan untuk mengatur proses informasi dan perilaku (Koriat, 2002). Prestasi akademik ialah penampakan hasil belajar seseorang yang merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai (Winkel, 1987).

Prestasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor eksternal yaitu faktor masyarakat yang berupa kegiatan mahasiswa dalam masyarakat seperti partisipasi peserta didik dalam kegiatan keorganisasian di lingkungan sekitarnya (Slameto 2003 dalam Kumalasari, 2011). Dalam organisasi peserta didik dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan bakat dan minat sehingga mahasiswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya (Suryobroto, 2002 dalam Kumalasari, 2011). Faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik menurut Everson & Tobias (1998, dalam Young & Fry, 2008) adalah metakognisi.

Dalam penelitian ini menyebutkan hipotesis bahwa Ada hubungan antara metakognisi dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang aktif berorganisasi di organisasi mahasiswa tingkat fakultas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel 50 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang aktif berorganisasi di organisasi mahasiswa tingkat fakultas. Metode sampling yang digunakan yaitu sampling kuota, menurut saya metode sample yang digunakan sudah tepat karena ini merupakan penelitian kuantitatif dan penelitian ini juga melakukan generalisasi. Data dikumpulkan dengan survey variabel, metakognisi diukur dengan menggunakan kuisioner MAI (Metacognitive Awareness Inventory). Penelitian ini menggunakan analisis data statistik parametris dikarenakan data setiap variabel yang dianalisis berdasarkan distribusi normal.

Pada penelitian ini hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara metakognisi dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang aktif berorganisasi di organisasi mahasiswa tingkat Fakultas. Nilai signifikansi dari hasil uji korelasi menggunakan Spearman's rho adalah 0,828 yang berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Salah satu masalah dalam pengukuran metakognisi adalah  belum mengembangkan dan menggunakan alat ukur yang valid untuk mengukur kemampuan metakognitif (dalam Rahman & Masrur, 2011). Beberapa metode yang ada saat ini digunakan untuk mengukur metakognisi memiliki kelebihan dan keterbatasan, dan masalah utamanya adalah mengenai reliabilitas dan validitas. Schraw dkk (2000, dalam dalam Rahman & Masrur, 2011)

Saran dari penulis (riviewer) untuk penelitian selanjutnya yaitu enggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif, keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak menggunakan pendekatan lain untuk menggali metakognisi subyek, sehingga kemampuan metakognisi subyek kurang dapat dilihat. Selain itu, menggunakan metode sampling purposive juga diperlukan mengingat teknik penentuan sample seharusnya menggunakan pertimbangan tertentu.


Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Teori Harapan

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?