Analisis Wacana pada Media Internet Terhadap Optimisme dan Harapan Tentang Masa Depan Indonesia

Sebuah Riview Artikel Penelitian mengenai Analisis Wacana pada Media Internet Terhadap Optimisme dan Harapan Tentang Masa Depan Indonesia.



Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan optimisme dan harapan tentang masa depan Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa wacana terhadap fokus penelitian. Fokus penelitian ini adalah bagaimana wacana dari pendapat subjek yang mengandung optimisme dan harapan berkaitan dengan isu-isu sosial, ekonomi dan politik yang terjadi pada Oktober 2007 sampai Januari 2008. Data diperoleh dari 2 kelompok mailing list (forum pembaca kompas dan media care), yang dipilih secara random. Subjek adalah 50 pendapat (posting yang diambil dari sejumlah orang) tertulis. Hasil penelitian menunjukkan keyakinan akan masa depan Indonesia didasarkan pada optimisme, bukan pada harapan. Kuatnya optimisme pada masyarakat Indonesia sangat ditopang oleh agama. Orang-orang yang optimis, berbagi ide-ide optimis, pendapat menganalis isi isu-isu sosial, ekonomi dan politik. Optimisme itu bukan suatu harapan.Harapan masyarakat yang lemah, dengan tiadanya/kurang jelasnya pathwayuntuk mencapai tujuan, menyebabkan banyak persoalan dalam masyarakat tidak dapat diselesaikan.
Hasil penelitian yang dilakukan  oleh Indonesia Media Law & Policy Centre (IMPLC) bersama dengan koalisi media di 19 kota yang diteliti, sejak bulan Mei hingga September 2004, menunjukkan bahwa harapan masyarakat yang paling tinggi adalah di bidang penegakan hukum. Selanjutnya adalah penanganan masalah ekonomi, pendidikan, politik dan keamanan, perusahaan dan ketenagakerjaan, kesejahteraan sosial, kesehatan, pertanian, pertahanan, pelayanan publik, pelayanan sosial, industri dan konflik sosial.
Psikologi harapan mengartikan harapan dan optimisme sebagai sebuah mood atau sikap yang berhubungan dengan ekspektasi terhadap keadaan sosial ataupun material yang terjadi di masa mendatang (Grant & Higgins,2003). Seligman (1991) mendefinisikan optimisme sebagai sebuah gaya tertentu dalam merespon kejadian-kejadian yang negatif dalam hidup. Selanjutnya, Peterson dan Seligman (2004), menjelaskan bahwa harapan dan optimisme sebagai semua yang terkait dengan tingkah laku yang diarahkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa optimisme mempengaruhi intensitas dan mengarahkan tindakan kita ke tujuan (Seligman, 1991; Snyder, 1996). Optimisme juga terbukti memprediksikan well-being fisik dan psikologis, yang mempengaruhi perasaan yang nyaman  tentang diri sendiri, penerimaan diri (self acceptance), pertumbuhan dan otonomi pribadi, pemulihan yang cepat dari  sakit, juga mempengaruhi coping style termasuk perasaan positif dan kepuasan tentang diri dan situasi seseorang yang lebih baik.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa wacana terhadap fokus analisis. Penelitian ini juga berfokus pada bagaimana wacana pendapat subjek yang mengandung optimisme dan harapan berkaitan dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik. Subjek adalah 50 pendapat dari dua kelompok mailing list yang dipilih secara random. Mailing list yang diteliti merupakan mailing list yang aktif dengan kriteria lebih dari 10 pendapat yang diposting setiap harinya. Setelah data terkumpul, dianalisis dengan metode wacana berdasarkan teori driven (teori optimisme dan harapan) oleh Snyder (1994).

Menjawab pertanyaan penelitian, maka secara umum hasil penelitian ini menunjukkan adanya optimisme dan harapan pada subyek penelitian, namun harapan yang muncul tidak terlalu kuat. Harapan yang  ditampilkan oleh subyek masih sangat lemah, dilihat dari jalan keluar(pathway) dan pemikiran bagaimana upaya mencapai tujuan yang dikemukakan dalam artikel mereka masih tidak dijelaskan dan bersifat umum sehingga sulit untuk dapat diimplementasikan dalam tataran praktis. Seperti yang disampaikan oleh Snyder dkk. (1991) bahwa untuk meraih kesuksesan/tujuan, kedua komponen harapan yakni agency dan pathway haruslah berfungsi hilangnya salah satu komponen membuat harapan tidak terbentuk.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya optimisme dan  energi penggerak belumlah sebuah jalan keluar. Energi yang besar tetapi kurang jalan keluar akan membawa pada jalur stres emosi. Ketertekanan itu merupakan sinyal adanya kondisi frustasi, yang  selanjutnya akan mendorong tindakan  agresif ketika menghadapi masalah yang sulit dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Sethi & Seligman (1993) bahwa semakin kuat keyakinan agama  subyek semakin makin kuat tingkat optimismenya.

Penelitian ini tidak didesain untuk menunjukkan struktur teks pembicaraan secara linguistik dan tidak juga bertujuan untuk menjaring percakapan tentang kognisi yang mendasari wacana-wacana itu. Kemudian,  susunan data pendukung yang direncanakan sebelumnya tidak dijelaskan secara eksplisit sehingga periview tidak mengetahui apa saja subjek penelitian selain dari data primer yaitu pendapat di mailing list. Namun, penelitian ini menggunakan landasan teori yang cukup lengkap dan referensi penelitian sebelumnya yang sejenis. Sehingga, penelitian ini memperkaya atau menambah teori yang sudah ada.


Informasi pustaka: Tutut Chusniyah dan Ardiningtias Pitaloka (2012), Analisis Wacana Pada Media Internet Terhadap Optimisme Dan Harapan Tentang Masa Depan Indonesia. Hlm 1-15

Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Teori Harapan

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?