Resume Buku: Sufi Dari Zaman Ke Zaman
Sufi Dari Zaman Ke Zaman
Suatu Pengantar Tentang Tasawuf
Dr. Abu Al-Wafa’ Al-Chanimi Al-Taftazani
Sumber Tasawuf
dalam Islam
Para sufi tidaklah sekadar menukil
orang-orang Persia, Kristen, Yunani, atau lain-lainnya; karena tasawuf pada
dasarnya, berkaitan dengan perasaan dan kesadaran. Seperti tinjauan para sufi
sendiri, bahwa tasawuf adalah teori batin Islam dan rahasianya justru
terkandung dalam al-Qur’an. Namun perlu dikemukakan bahwa tasawuf yang menurut
Trimingham erat kaitannya dengan pancaran-pancaran Kristen, Neo-Platonisme,
atau gnotisisme, adalah salah satu jenis yang biasanya disebut sebagai tasawuf
filosofis. Sementara tasawuf Sunni, tumbuh dan berkembang secara Islam.
Tasawuf pada awal pembentukan
disiplinnya adalah moral keagamaan. Jelas, sumber pertamanya adalah
ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba dari al-Qur’an, as-Sunnah dan amalan
serta ucapan para sahabat. Tinjauan analitis terhadap tasawuf menunjukan bahwa
para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya, memiliki suatu konsepsi
tentang jalan (thariqah) menuju Allah. Dan jalan ini dimulai dengan latihan-latihan
rohaniah, lalu secara bertahap menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan
tingkatan dan keadaan, yang berakhir dengan mengenal (ma’rifat) Allah. Yang
dimaksud dengan tingkatan(maqam) oleh para sufi ialah tingkatan seorang
hamba Allah dihadapan-Nya, dalam hal ibadah dan latihan-latihan jiwa yang
dilakukannya. Sementara keadaan (hal)
ialah beningnya kehampiran jiwa terhadap Allah di relung kalbu diri. Keadaan
ini, menurut at-Thusi tidak termasuk usaha latian rohaniah (jalan).
Gerakan Zuhd
(Asketisisme) Pada Abad Pertama Dan Kedua Hijriyah
Dalam Islam, asketisisme adalah
hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus
terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan
tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta
tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya. Dengan kata lain, seseorang
menjauhkan dirinya dari hawa-nafsunya. Para sahabat Nabi, karena keasketisannya
mereka, mampu mengendalikan dirinya. Mereka tidak terpesona oleh harta ataupun
kekuasaan.
Berkembangnya asketisisme dalam
Islam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ajaran-ajaran Islam
itu sendiri, revolusi rohaniah kaum Muslimin terhadap sistem sosio-politik yang
berlaku, dampak asketisisme Masehi, penentangan terhadap fiqh dan kalam. Dampak
asketisisme Masehi itu lebih banyak terhadap organisasionalnya tinimbang
terhadap aspek prinsip-prinsip umumnya.
Sementara itu aliran-aliran
asketisisme terdiri dari berbagai aliran, yaitu :
- Aliran
Madinah, diantara mereka ialah Abu ‘Ubaidah
al-Jarrah, Abu Dzar al-Ghiffari, Salman al-Farisi, ‘Abdullah ibn Mas’ud,
Huzdzaifah ibn al- Yaman, Said ibn al-Musayyad dan Salim ibn ‘Abdullah.
- Aliran
Basrah, diantara mereka adalah al-Hasan
al-Bashri, Malik ibn Dinar, Fadhl al-Raqqasyi, Rabbah ibn ‘Amru al-Qisyi,
Shalih al-Murri, atau ‘Abdul-Wahid ibn Zaid, seorang pendiri kelompok asketis
di Abadan.
- Aliran
Kufah, diantara mereka yaitu ar-Rabi’ ibn
Khatsim, Sa’id ibn Jubair, Thawus ibn Kisan, Sufyan al-Tsauri, Sufyan ibn
‘Uyainah, Abduk, dan Jabiribn Hayyan al-Kufi.
- Aliran
Mesir, diantara mereka ialah Salim ibn
‘Atar al-Tajibi, ‘Abdurrahman ibn Hujairah, Nafi’, al-Laits ibn Sa’ad, Hayah
ibn Syuraih, dan Abu ‘Abdullah ibn Wahhab ibn Muslim al-Mishri.
Diantara mereka muncul Ibrahim ibn Adham, al-Fudhail ibn ‘Iyadh, Dawud
al-Tha’i, dan Rabi’ah al-Adawiyyah yang terkadang dinyatakan sebagai angkatan
pertama para sufi. Pada abad pertama dan kedua Hijriyah dapat diikhtisarkan
bahwa asketisisme Islam pada masa itu memiliki karakteristik-karakteristik
antara lain yaitu berdasarkan ide untuk menjauhi hal-hal duniawi yang berakar
pada al-Qur’an dan as-Sunnah, mengarah pada tujuan moral, motivasi rasa takut
dan rasa cinta, dan kedalaman membuat analisa.
Tasawuf Pada
Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah
Dapat dikatakan bahwa abad ketiga
Hijriyah adalah abad mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti yang luas. Para
penulis pertama dalam bidang ini ialah al-Muhasibi, al-Kharraz, al-Hakim
al-Tirmidzi, dan al-Junaid yang mana mereka adalah para sufi abad ketiga
Hijriyah. Sejak itu tasawuf memasuki periode baru, yaitu periode intuisi, kasyaf, dan rasa (dzawq).
Dari segi obyek, metoda, dan tujuannya, tasawuf menjadi terpisah dari ilmu fiqh
di abad ini.Ketika itu ada dua aliran tasawuf yaitu aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya
moderat dan aliran para sufi yang terpesona keadaan-keadaan fana. Pada abad
ketiga dan keempat Hijriyah ini membahas tentang moral, tingkah-laku dan
peningkatannya, pengenalan intuitif langsung kepada Allah, kefanaan dalam
Realitas Mutlak Allah, serta pencapaian ketentraman kalbu ataupun kebahagiaan
Tokoh sufi yang membahas ma’rifat
ialah Ma’ruf al-Karkhi, Abu Sulaiman al-Darani dan Dzun Nun al-Mishri. Kemudian
kalangan sufi yang membahas tentang moral dan fase-fase jalan menuju Allah
yaitu al-Harits ibn Asad Muhasibi, al-Siri al-Saqathi, Abu Sa’id al-Kharraz,
Sahl al-Tusturi, dan Yahya ibn Mu’adz al-Razi. Sedangkan pembahasan tentang
fana dibagi menjadi tiga kelompok antara lain ialah fana dalam taubid tokohnya
yaitu al-Siri al-Saqathi, Abu Sa’id al-Kharraz,
dan Abu al-Qasim al-Junaid.
Kemudian kelompok fana dan penyatuan dengan tokohnya Abu Yazid
al-Busthami, selain itu ada kelompok fana dan hulul yang tokohnya yaitu
al-Hallaj.
Tasawuf Sunni pada
Abad Kelima Hijriyah
Pada abad kelima Hijriyah cenderung
mengadakan pembaharuan, yakni dengan mengembalikannya ke landasan al-Qur’an dan
as-Sunnah. Al-Qusyairi dan al-Harawi dipandang sebagai tokoh sufi paling
menonjol karena membawa tasawuf ke arah aliran Sunni, yang kemudian diikuti
oleh al-Ghazali pada penggal kedua abad itu. Karya al-Qusyairi yang terkenal
yaitu al-Risalah al-Qusyairiyyah dan Manazil al-Sa’irin ila Rabb
al-‘Alamin karya al-Harawi.
Dalam Islam, al-Ghazali dipandang
sebagai pembela terbesar tasawuf Sunni, yakni tasawuf yang berdasarkan doktrin
Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga berdasarkan kehidupan yang asketis, kehidupan
yang sederhana, pendidikan maupun pembinaan jiwa. Sebagai seorang faqih (jurist)
dia berafiliasi pada aliran Syafi’iyyah, dan sebagai seorang teolog dia
berafiliasi pada Asy’ariyyah. Karya-karya al-Ghazali antara lain Maqashid
al-Falasifah, dan Tahafut al-Falasifah.
Menurut al-Ghazali, para teolog yang berusaha menjawab tantangan
para filosof tidak benar-benar berusaha mengkaji ilmu para filosof sampai pada
puncaknya, kritik al-Ghazali terhadap filsafat cukup keras, dan aliran batiniah
atau Ta’limiyyah, yaitu madzhab Isma’iliyyah dari Syi’ah juga mendapat
kritikan dari al-Ghazali. Fase-fase pencapaian rohaniah menurut al-Ghazali
yaitu al-Thariq (jalan), ma’rifat, fana dalam taubid atau ilmu
mukasyafah, pengungkapan ilmu mukasyafah secara simbolis,dan kebahagiaan.
Tasawuf
Filosofis
Tasawuf filosofis ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya dengan kata lain
menggunakan terminologi filosofis. Terminologi filosofis tersebut berasal dari
ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokoh-tokohnya. Tasawuf ini muncul
pada abad keenam Hijriyah. Ciri umum tasawuf ini ialah kesamar-samaran
ajarannya, akibat banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus yang hanya bisa
dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini.
Tasawuf filosofis memiliki
karakteristik antara lain oleh para penganutnya didasarkan pada latihan-latihan
rohaniah, peningkatan moral, metode iluminasi (dicapai dengan fana),
menyamarkan ungkapan tentang hakikat realitas dengan simbol. Al-Suhrawadi
al-Maqtul dipandang termasuk salah seorang generasi pertama tasawuf filosof.
Karya-karyanya antara lain yaitu Hikmah al-Isyraq, al-Talwihat, Hayakil
al-Nur, al-Muqawimat, al-Mutharihat, al-Alwab al-‘Imadiyyah.
Di Andalusia muncul tasawuf
panteisme lewat tangan Ibn ‘Arabi dan Ibn Sab’in. Tasawuf panteisme yaitu
tasawuf yang berpendapat bahwa hanya ada satu wujud semata, yaitu Wujud Allah.
Bentuk jamak yang terlihat dalam alam semesta adalah ilusi yang menguasai
keterbatasan akal-budi. Ringkasnya, menurut mereka, wujud adalah satu, tidak
jamak.
Kesatuan wujud menurut Ibn ‘Arabi
yaitu bahwa hal yang mungkin adalah wujud Allah semata. Sementara beraneka dan
jamaknya yang ada, tidak lain hanyalah hasil indra-indra lahiriah serta akal
budi manusia yang terbatas, yang tidak mampu memahami ketunggalan dzat segala
sesuatu. Sedangkan menurut Ibn Sab’in wujud adalah satu alias Wujud Allah
semata. Wujud-wujud lainnya hanya wujud Yang Satu itu sendiri.
Sebagian para sufi filosof begitu
didominasi perasaan cinta Ilahi, yang mereka ungkapkan dalam bentuk puisi
secara filosofis. Para penyair cinta ilahi dan kesatuan Penyaksian Antara Lain
Adalah Ibn Al-Faridh Dengan Karyanya Sulthan Al-‘Asyqin Dan Jalaluddin al-Rumi yang salah satu
karyanya yaitu Diwan Shams-i Tabriz
Tasawuf Para
Pendiri Tarikat
Pada abad keenam dan ketujuh Hijriyah berkembang tasawuf
filosofis dan tasawuf Sunni sebagai
kelanjutan dari al-Ghazali. Dalam periode inilah kata “thariqat” pada para sufi
dinisbatkan bagi sejumlah pribadi sufi yang bergabung dengan seorang guru (syaikh)
dan tunduk di bawah aturan-aturan terinci dalam jalan rohaniah. Nama tarikat di
dunia bermacam-macam, berselaras dengan
perbedaan nama-nama para pendirinya. Tujuan tertinggi dari seluruh tarikat sufi
adalah yang bercorak moral, yaitu seperti penyesuaian diri, kejujuran, amal,
kesabaran, kekhusyu’an, cinta orang
lain, tawakkal, dan keutamaan lainnya yang diserukan Islam.
Tarikat-tarikat yang paling menonjol padaabad-abad keenam dan
ketujuh Hijriyah adalah Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani pendiri tarikat
al-Qadriyah, Syeikh Ahmad al-Rifa’i juga mendirikan tarikat al-Rifa’iyyah,
tarikat al- Suhrawardiyyah oleh Abu al-Najib al-Suhrawardi, Abu al-Hasan
al-Syadzili mendirikan tarikat al-Zyadziliyyah, tarikat al-Ahmadiyyah oleh
Syayyid Ahmad al-Badawi, tarikat al-Birhamiyyah didirikan oleh Syeikh Ibrahim
al-Dasuqi al-Qursyi, tarikat al-Kubrawiyyah yang dinisbatkan pada Najmuddin
Kubra, tarikat al-Syisytiyyah oleh Mu’inuddin Hasan al-Syisyti, tarikat
al-Naqsyabandiyyah didirikan oleh Baha’ Naqsyaband al-Bukhari, dan lainnya.
Comments
Post a Comment