Mengerjakan Skripsi Kok Lama Banget?

Niatnya sih ada, tapi pas mau mulai ngetik kok rasanya berat banget ya?

Seringkali perasaan-perasaan semacam itu timbul tenggelam. Ada banyak pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Mencari-cari sumber kecepatan dalam penyelesaian skripsi, tetapi tak jua ketemu. Tiap hari mikirin gimana caranya biar cepet selesai sampai lelah sendiri. Padahal cuma rebahan dan nggak ngapa-ngapain. Kok bisa capek banget ya?

Melihat teman satu persatu lulus terlebih dahulu, perasaan jadi campur aduk. Ada semacam dorongan untuk cepat-cepat menyelesaikan studi, jadi lebih semangat. Namun, di sisi yang lain juga muncul rasa minder dan tak percaya diri. Nggak jarang juga membanding-bandingkan diri sendiri dengan yang lain. Bukannya tambah rajin malah tambah males. Kadang emang isi pikiran yang berdesakan bikin diri tambah tertekan, cemas, takut, dan stress.

Merasa Dikejar-kejar tapi Ternyata Jalan di Tempat
Berbulan-bulan berkutat dengan buku, bimbingan, dan revisian. Seolah-olah banyak yang mengejar, memberi tuntutan, dan dorongan begitu hebat. Kepala pening ditanya kanan kiri. Sementara secara pribadi butuh sandaran untuk sebentar saja menjeda pikiran dari berbagai tekanan.

Tiap hari memikirkan bagaimana caranya agar semuanya lekas rampung. Mencoba ngebut, lembur, dan fokus di depan laptop. Akan tetapi, seringkali ponsel mengalihkan perhatian. Kesulitan dalam pengerjaan membuat diri semakin enggan mencoba. Kendala-kendala yang tak menemukan solusinya malah nambah stress. Kadang malah bengong lama banget mandangin tulisan yang begitu banyak tapi direvisi melulu. Belum lagi coretan dan catatan dosen dengan tanda seru serta kalimat yang sulit dibaca. Rasanya rambut mau rontok semuanya.

Disadari atau tidak, pikiran tentang komentar orang lain, pertanyaan dari orang tua, dan berbagai tekanan lain dapat menghambat proses pengerjaan skripsi. Jika kita tak bisa mengelola perasaaan negatif yang muncul, tekanan akan semakin menumpuk dan memberikan kesulitan untuk menentukan sikap serta tindakan. Alih-alih merasa dikejar, mencoba lari. Ternyata masih gini-gini aja, nggak kemana-mana dan jalan di tempat. Nggak ada kemajuan. Tiap hari dipikirin, pas mau dikerjain idenya seakan mampet. 

Bisa jadi, ide-ide itu tak keluar karena diri kita merasa begitu tertekan. Mencoba menjernihkan pikiran mungkin bisa mengurangi kecemasan. Cari caranya supaya pikiran lebih tenang dan perasaan lebih rileks. 

Tak Perlu Membandingkan Diri dengan Orang Lain 
Kalau orang lain bisa cepet masa kamu enggak? 

Alih-alih menyemangati diri sendiri dengan menjadikan orang lain sebagai ukuran keberhasilan kadang malah jatuhnya bikin nggak semangat. Membandingkan diri dengan orang lain seringkali bikin diri sendiri memaksakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Kalau garis mulainya saja sudah berbeda, kenapa hasil dan kecepatannya harus sama?

Memangnya kalau nggak seperti yang lain kenapa? Nggak apa-apa kan? Kita punya cara yang berbeda, punya kapasitas yang berbeda, dan tentunya punya medan juang yang tak sama. Judul penelitian aja berbeda, masa proses pengerjaannya harus sama cepatnya? Padahal tiap penelitian punya problematika yang bervariasi. Ditambah dengan dosen pembimbing yang juga beda orangnya. Tentu saja, hasil dan kecepatan dalam pengerjaan skripsi bakal berbeda.

Perlu kita pahami apa yang menjadi permasalahan utama dalam proses penyelesaian skripsi. Apakah masalah utamanya ada di proses penelitian yang ribet? Dosen pembimbing yang merespon dengan lambat dan sulit dihubungi? Atau hal lainnya? Setelah memahami masalah utamanya, cari solusinya. Penyelesaian masalah banyak caranya. Bisa menggunakan referensi personal maupun referensi orang lain alias tanya kanan kiri.

Nggak apa-apa kalau nggak secepat teman lainnya. Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai bukan yang tercepat. Jadi, kalau memang prosesnya lebih panjang dan butuh waktu lebih lama dari orang lain ya nggak apa-apa. 

Kunci Utama Menyelesaikan Skripsi Ya Dikerjakan
Ini yang penting. Kalau cuma niat dan dipikirin nggak akan ada kemajuan. Harus dikerjakan. Tak harus setiap hari. Tapi, pastikan bahwa kita tahu apa yang sedang dikerjakan. Minimal tahu apa masalah utama dalam skripsi tersebut. Selesaikan satu-satu. Pelan-pelan nggak apa-apa dari pada nggak dikerjakan sama sekali.

Jika perlu, bisa buat target yang punya batas waktu. Misalnya bulan ini harus selesai Bab I, atau target lainnya. Jangan muluk-muluk kalau bikin target. Dikira-kira sesuai dengan kemampuan. Target yang terlalu muluk-muluk dan waktu mepet malah nambah tekanan, nggak menutup kemungkinan malah meningkatkan rasa cemas. Jadi, bikin target ya yang proporsional. Sesuai kemampuan diri. Rasional dan bisa dikerjakan.

Jeda Dulu Biar Lega
Kalau kamu merasa begitu lelah dan sangat butuh istirahat. Jangan dipaksa. Istirahat dulu aja. Seperti tulisan yang butuh spasi supaya bisa dibaca, tubuh dan pikiran juga butuh jeda agar bisa meneruskan perjalanan meraih tujuan dengan baik. Ambil waktu untuk menyenangkan diri sejenak bukan sebuah hal yang dilarang. 

Jeda dulu biar lega. Biar pikiran yang berdesakan itu bisa ditenangkan. Supaya perasaan jauh lebih rileks sehingga dapat memperbaharui semangat dan meningkatkan optimisme. Lakukan hal-hal yang menyenangkan dan tak merugikan siapapun. 


Comments

Populer

Menulis Sebagai Jalan Menenangkan Diri

Psikologi pada Masa Yunani Kuno

Budaya Organisasi dan Bagaimana Mempertahankannya

Apakah Rasa Sepi Bisa Dilenyapkan?

Teori Harapan

Nalar Kritis dan Gerakan Mahasiswa Era Sekarang

Gejala-gejala Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Bagaimana Kepribadian yang Sehat Itu?